Petani Pengarap Sawah Lahan Pemerintah Di Bojongpicung, Butuh Keterbukaan Dalam Pembayaran Sewa Lahan Oleh BBPP Bojongpicung.

Cianjur//posbidikberita-19/04/25-Penggarap lahan sawah milik pemerintah provinsi jawa barat, kini resah dengan harga sewa lahan yang awalnya hanya 2,1 ton, sekarang menjadi 2,4 ton permusim. Sehingga para perwakilan masarakat penggarap, datangi kantor Balai Benih Pedi dan Palawija (BBPP) kecamatan bojongpicung cianjur jawa barat.

Kedatangan para perwakilan tersebut adalah untuk berdialog dan mencari solusi terbaik, karena selama ini masarakat menganggap, pihak BBPP bojongpicung tidak ada ke transparanan, terhadap masarakat penggarap lahan pesawahan milik pemerintah. Sehingga masarakat merasa keberatan.

Yang menjadi pertanyaan para petani penggarap pada BBPP adalah selisih setoran yang jumlahnya 3 kwintal padi, sedangkan kalau persi petani 3 kuintal padi kalau harganya 650 000 berati jumlah uangnya Rp 950 000 rupiah, sedangkan obat obatan kalau di ambil dari BBPP adlah Benih, SPONTAN, sama MIPCINTA.

Dari ketiga bahan yang di keluarkan pihak BBPP, di nilai petani tidak jauh dari harga Rp 200 ribu rupiah, sedangkan target dari 3 kuwuntal padi sejumlah Rp 950 ribu rupiah, kemana sisanya,” tanya para petani.

Menurut ketua BBPP bojongpicung Agus Guntara menjelaskan, jadi kedatangan para perwakilan petani ini, adalah untuk meluruskan apa yang menjadi kebijakan dari pemerintah, terutama kita akan menghadapi program ketahanan pangan yang sangat krusial, terutama bagi balai benih dan palawija kecamatan bojong picung,” jelasnya.

Kemarin ada tanggapan dari petani mengenai tidak ada keterbukaan, sebetulnya kami ada SOP yang di tanda tangani dari awal pengajuan, sebutulnya sudah ada dari awal krusial krusial dan pasal pasal yang di bahas pertama di awal, bahkan sekarang juga ada sosialisasi HTP bagi pengepul, bahwa harga padi untuk sekarng tidak boleh kurang dari Rp 650 ribu rupiah, dan ini adalah di luar kapasitas balai, dan balai ada yang tidak lulus,” katanya.

Hal ini di tetapkan oleh pihak BPSB, dan ke tidak lulusan itu, tanda kutif untuk ke arifan lokal, jadi alham dulilah karena kalau untuk kesepakatan petani, sudah tertuang dalam surat perjanjian, jadi bagi petani yang hadir sudah sepakat, mungkin yang tidak sepakat adalah bagi beliou yang tidak hadir,” terangnya.

Maka saya berpesan pada para petani penggarap, untuk terus berihktiar untuk produksi kita, karena siapa yang menguasai pangan, itulah yang menguasai dunia, dan saya yakin dengan dorongan dorongan petani kita, itulah pahlawan ketahanan pangan,” pungkasnya.

 

 

Rafli hidayat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *